PEMENANG KEHIDUPAN

Cara kerja semesta lagi-lagi begitu, di mana ada usaha di situ akan ada hasil dan semua itu berdampingan. Siklusnya ketika kita berusaha disertai niat baik dan doa, maka hasil yang kita dapatkan akan baik pula dan sebaliknya.
Kita sebagai manusia tidak bisa menentukan hasil akhir dari sebuah usaha yang diusahakan, manusia hanya bisa merencanakan dan mengusahakan sisanya itu urusan Allah swt. Karena sesungguhnya Allah telah menyiapkan segala-Nya, termasuk rezeki masing-masing Hamba-Nya.
“Jangan risau, jangan gundah semua sudah diatur sedemikian rupa oleh Allah, perihal sabar sedang diuji dan perihal skenario Allah sedang dikerjakan.” Mungkin terlihat hanya sekedar ilusi tetapi memang begitu adanya. Hidup memang soal perjuangan, jadi teruslah berjuang karena Allah telah menyiapkan apa yang kita butuhkan di depan sana.
Begitulah hidup terkadang kita sebagai manusia merasa semesta tidaklah adil, sebenarnya kunci bahagia yang sebenarnya adalah Bersyukur atas apa yang telah Allah berikan kepada kita.
Perihal rezeki tidak harus dikhawatirkan, mengapa begitu? Ya, karena rezeki sudah diatur oleh Allah sedemikian rupa. Tidak akan Allah biarkan hamba-Nya dalam kesusahan, Allah akan bantu menyelesaikannya. Setiap ada kesusahan di situ akan ada kemudahan, lagi-lagi itu cara kerja semesta yang Allah ciptakan dan tertera pula dalam Al-Qur’an.
***
Firman seorang remaja kelas 12 sekolah menengah atas yang bernama SMAS Pratama di daerah Semarang yang merupakan sekolah ternama di Semarang, ia dapat bersekolah di sana karena dibantu oleh salah satu Gurunya dari SMP sebelumnya berkat prestasinya selama bersekolah di SMP tersebut dan ia merupakan anak yang berasal dari kalangan keluarga sederhana, tidak bergelimang harta tapi cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Firman adalah anak tunggal dari keluarga sederhana yang kedua orangtuanya tidak berpenghasilan tetap. Ia memiliki sifat mandiri dan enggan memberatkan beban kedua orangtuanya yang bisa dibilang sudah waktunya untuk tidak lagi bekerja karena faktor usia yang sudah tidak produktif lagi. Tak jarang Ia dikucilkan oleh teman-temannya di sekolah karena penampilannya lusuh dan kurang enak dipandang, walaupun disekolah ia merupakan salah satu murid yang berprestasi tetapi ia tidak dihargai oleh teman sekolahnya karena teman-teman disekolahnya merupakan anak dari orang terpandang yang bergelimang harta.
Terbiasa hidup sederhana sejak kecil tidak dimanjakan oleh kedua orang tuannya, jika ia menginginkan sesuatu ia selalu berusaha sendiri tidak ingin membebankan kedua orangtuanya karena keterbatasan ekonomi pada keluarganya. Masa remaja yang seharusnya ia nikmati dengan berkumpul dan bermain dengan teman sebayanya harus ia korbankan untuk membatu kebutuhan ekonomi keluargannya. Setiap pulang sekolah Ia selalu bekerja paruh waktu disebuah rumah makan sederhana.
Ayahnya seorang buruh tani yang berpenghasilan minim yang hanya mencukupi kebutuhan sehari-hari keluarganya, terkadang hasil panen nya tidak sepenuhnya terjual dan itu mempengaruhi pendapatan ekonominya. Suatu ketika ayahnya terkena musibah yang mengakibatkan tidak bisa bekerja untuk beberahari kedepan dan terpaksa Firman yang menggantikan pekerjaan Ayahnya disawah. Ibunya adalah seorang buruh cuci atau pembantu yang bekerja dari pagi hingga sore hari yang hanya menerima upah sekitar 50ribu perhari nya.
Ketika pagi hari Firman pun berangkat sekolah dengan berjalan kaki, karena dia terlahir dari keluarga yang sederhana jadi dia tidak mempunyai kendaraan. Terkadang Firman sering merasa iri melihat teman-teman nya yang setiap hari berangkat sekolah mengendarai kendaraan pribadinya mulai dari motor hingga mobil. Tetapi dia pun tidak putus asa dan tidak mengeluh walaupun setiap hari ia berjalan kaki karena ia sadar bahwa ia tidak terlahir dari keluarga yang kaya raya tetapi ia terlahir dari keluarga yang sederhana. Karena setiap hari berjalan kaki akibatnya terkadang firman sering telat datang ke sekolah karena selalu banyak kendala yang selalu dihadapi mulai dari jauhnya jalan kesekolah, banyak genangan air di jalan berlubang ketika hujan deras dan lain sebagainya dan itu yang membuat firman menjadi telat datang kesekolah.
Sesampainya disekolah terkadang Firman sering diejek teman-temannya karena dia berangkat ke sekolah dengan berjalan kaki, dan selain itu sering juga diejek karena memang ini merupakan sekolah khusus orang-orang kaya sedangkan Firman orang biasa saja atau bisa dibilang miskin. Firman bisa masuk kesekolah ini karena dia orang yang berprestasi dan mendapatkan beasiswa sedangkan teman-teman yang lainnya tidak mendapatkan beasiswa jadi karena hal itu lah yang menyebabkan Firman sering di ejek teman-temannya. Di saat belajar sedang berlangsung Firman merupakan murid yang paling aktif di kelasnya, dia sering sekali mengerjakan tugas yang diberikan bapak atau Ibu Gurunya di papan tulis dan selain itu juga dia aktif di dalam organisasi seperti ekstrakulikuler dan lain sebagainya. Karena Firman termasuk murid yang sangat aktif dan berprestasi dan akhirnya teman-temannya merasa iri yang mengakibatkan teman-teman nya mulai membully Firman, mulai dari mengejek, mengolok-olok kalau dia itu miskin, tas nya dimasuki sampah, dan lain sebagainya. Tetapi Firman pun tetap semangat walaupun semua teman-temannya sudah menjelek-jelekan Firman. Tidak semua temannya membully dia, tetapi ada beberapa orang yang membela Firman.
Pernah suatu ketika Firman bertanya pada temannya yang sering membelanya saat ia sedang diejek
“sebenarnya apa alasan mereka mengejekku ya?” ujar Firman. Temannya pun menjawab “mungkin mereka hanya melihat satu kekuranganmu dan melupakan kelebihanmu, mereka iri pada dasarnya sama kamu.”
Firman pun mengerti pada sejatinya orang yang tidak menyukai kita akan selalu melihat keburukan kita, selalu salah dimata orang tersebut. Temannya pun merasa iba pada Firman yang raut wajahnya murung “jangan merasa paling dikucilkan, karena kamu memiliki oran
Ketika bel istirahat Firman dipanggil oleh salah seorang guru di sekolahannya agar Firman segera ke ruang guru karena ada yang ini di bicarakan. Setelah itu, guru itu menawarkan Firman agar dia mengikuti lomba Olimpiade Matematika. "Firman apakah kamu mau mengikuti lomba olimpiade matematika? Ibu liat kamu pas untuk mengikuti olimpiade ini.” Ujar Gurunya dengan harapan Firman mau menerima tawaran tersebut. Firman sedikit ragu akan tawaran itu “saya sebenarnya ingin menerima tawaran tersebut bu, tapi apakah bisa saya pikirkan terlebih dahulu?”ujar Firman. Firman merasa apakah ia bisa mengharumkan nama sekolahnya atau tidak, sedikit cemas dirinya.
Setelah mendapat tawaran itu Firman kembali ke kelasnya untuk melanjutkan pelajarannya setelah ia beristirahat tadi. Tiba-tiba teman semejanya, melihat raut muka Firman yang seperti orang cemas pun bertanya “kenapa?” tanyanya pada Firman. Firman pun menoleh dan ia menggelengkan kepalanya, tanda bahwa ia tidak apa-apa. Karena tidak ingin menganggu Firman, temannya itu pun memilih untuk diam, biarkan saja terlebih dahulu karena terkadang orang memiliki caranya masing-masing untuk mengatasi masalahnya. Akhirnya mereka sibuk dengan pikirannya masing-masing.
Di sisi lain Firman terus menimbang-nimbang apakah ia harus menerima tawaran olimpiade itu atau tidak? Ia ragu karena ketakutannya akan hasil yang tidak memuaskan. Ia semakin bimbang dan akhirnya ia menceritakan kebimbangannya pada teman semejanya tersebut
“kata kamu aku terima tawaran olimpiade matematika atau nggak?” Tanya Firman.
“kalau ada tawaran bagus, kenapa harus kamu tolak? Kamu ini pintar dalam bidang itu, apa yang kamu ragukan lagi? Jawab temannya.
Firman pun menjawab “aku takut hasilnya tidak memuaskan dan malah membuat kecewa pihak sekolah.”
“kamu itu udah nyerah sebelum berperang ya? Nih ya, kita nggak akan pernah tau kalau kita nggak mencobanya. Siapa tau itu rezeki kamu.” Jawab temannya.
Firman termenung sesaat hingga ia berkata “iya, aku akan coba ikut olimpiade itu, terima kasih ya buat support dan sarannya.” Keduanya pun saling tersenyum. Setidaknya masih ada orang yang bisa menerimanya -batin Firman.
Sepulang dari sekolah Firman tidak sengaja bertemu dengan pengemis di pinggir jalan dan pengemis itu mengeluh kelaparan karena belum makan dari kemarin. Firman memberi sedikit uang yang ia punya untuk pengemis tersebut agar pengemis itu bisa makan dan minum, itu salah satu hal yang sering Firman lakukan ketika berjumpa dengan pengemis atau anak jalanan yang. Ia merasa, bagaimana kalau ia yang berada di posisi seperti pengemis dan anak jalanan tersebut. Walaupun ia hidup pas-pas an setidaknya ia masih bisa makan dan minum, membantu orang yang membutuhkan tidak ada salahnya, bukan?
Setibanya di rumah, Firman menceritakan pada kedua orangtuanya perihal perlombaan yang ditawarkan kepadanya oleh pihak sekolah. Respon kedua orangtuanya sangat positif, keduanya mendukung dan merasa bangga karena anaknya telah dipercaya untuk mewakilkan sekolah dalam olimpiade.
“ibu yakin kamu bisa menang nanti, semangat ya nak!” ucap ibunya begitu bangga pada anaknya.
“iya bu pasti, doain aku ya bu, semoga aku bisa membanggakan kalian dan juga sekolahku” ucap Firman.
Keesokan harinya Firman menemui Gurunya yang menawarkan olimpiade tersebut, ia sudah yakin akan keputusannya yang akan menerima tawaran itu. Ketika sampai ruang guru Firman pun segera menemui Guru yang ia cari “Assalamualaikum bu, maaf saya menganggu waktu ibu. Saya kesini mau bilang kalau saya bersedia mengikuti lomba yang ibu tawarkan.” Ucap Firman dengan yakin. Guru tersebut pun tersenyum dan ia sangat senang karena Firman mau mengikuti lomba tersebut. Firman merasa bahwa ini jalan yang ditentukan Allah untuknya, semoga ini dapat membawa kaberkahan bagi nya.
Hari demi hari Firman lalui dengan belajar untuk perlombaan yang ia ikuti. Suka duka pun dilewati hingga pada akhirnya ia memenangkan perlombaan tersebut. Ia pun merasa senang akhirnya apa yang ia semogakan tersemogakan dengan jerih payahnya sendiri meskipun mendapatkan berbagai ujian yang Allah berikan kepadanya. Tapi, itu tidak membuatnya putus asa dan patah semangat untuk memenangkan perlombaan tersebut, Firman selalu berdoa kepada Yang Maha Kuasa agar semua urusannya di permudah hingga akhirnya kebaikan yang lebih itu sudah terbalaskan lewat perlombaan tersebut.
Tidak hanya rasa bangga yang ia dapatkan melainkan harapan yang ia harapkan sebelumnya bisa terwujud, yang awalnya ia merasa bahwa harapan yang ia harapkan akan sulit terwujud, yaitu ingin membeli handphone untuk kepentingan sekolah, karena pada situasi sekarang semua tugas biasa diakses lewat teknologi seperti meda sosial atau jejaring sosial. Firman merasa amat bersyukur kepada Allah dan berterima kasih kepada orangtuanya, Gurunya dan juga pihak yang sudah memberikan dukungan baik doa maupun semangat.
Ternyata dibalik semua kesulitan yang ia alami terdapat kebahagiaan yang tidak terduga sebelumnya. Allah tidak pernah mengatakan bahwa jalan hidup itu mudah, tetapi Allah akan selalu bersama orang-orang yang mau bersabar. Maka dari itu bersabarlah, tidak ada yang sia-sia dari buah kesabaran, Allah telah menyiapkan kebahagiaan untuk hamba-hamba-Nya.
***
EpilogPeran manusia adalah menjalankan apa yang ada, hidup itu sudah diatur, bahkan daun di hutan yang sunyi sekalipun sudah ditentukan kapan ia harus tumbuh dan jatuh. Begitu pun perihal rezeki, Allah telah menentukan rezeki masing masing hamba-Nya. Jika kita merasa kurang atas apa yang diberikan Allah kepada kita salah satu caranya adalah dengan Besyukur. Karena pada sejatinya Allah memberikan apa yang kita butuhkan bukan apa yang kita inginkan, apa yang menurut kita baik belum tentu baik di mata Allah, tetapi apa yang terbaik menurut Allah sudah pasti terbaik bagi hamba-Nya.
Ujian hidup memang selalu ada, salah satunya adalah di saat kita menjemput atau mencari rezeki. Selalu ada cobaan atau peluh yang kita dapatkan dalam menjemput rezeki, baik cobaan yang mudah maupun yang sulit. Karena rezeki tidak akan sampai kalau kita tidak menjemputnya. Diibaratkan seperti kita mencari harta karun, kita tidak akan mendapatkannya jika kita tidak mencarinya. Manusia hanya berusaha dan Allah yang menentukan.
(Denis Zalfa Salsabila Putri, Dera Isgi Aqzahra, Erni Wulan Dari, Firda Maulida Nurfatiha, Firmansyah, Imam Bukhori)