PEMIMPIN YANG BIJAKSANA

Kang Sanil

Di pagi hari yang sejuk, saat matahari baru saja menampakkan wujudnya. Seorang pria dengan membawa map coklat berpakaian rapih dengan kemeja putih sudah siap melangkahkan kakinya untuk mencari pekerjaan. Pekerjaan yang diharapkannya dapat membantu perekonomian keluarganya. 

Pagi berganti siang, sudah beberapa perusahaan yang telah dikunjunginya namun belum satupun ada yang menerimanya. Lelaki itu pun berhenti sejenak melepas lelah di sebuah warung makan yang tak jauh dari perusahaan tempat ia melamar pekerjaan sebelumnya. Ia pun memesan makanan dan minuman di tempat itu, sambil menunggu makanan dan minumannya tiba, ia merogoh saku celananya untuk mengambil ponsel miliknya. Lalu dengan ponselnya itu, ia mencari info lowongan pekerjaan di sosial media. Terdengar suara dari kejauhan yang memanggil namanya berulang kali “Miftahul! Tahul!”  ia pun menoleh mencari sumber suara tersebut, dan dilihatnya dua orang wanita yang nampak tak asing wajahnya. Kemudian, dua wanita tersebut menghampiri Miftahul. Ternyata dua wanita tersebut adalah temannya sewaktu kuliah dulu. 

“Eh Klara Indah, kalian berdua apa kabar?” ucap Miftahul sambil bangun dari tempat duduknya. “Baik, lu sendiri gimana kabarnya?” jawab Indah. “Alhamdulilah baik". Duduk duduk” jawab Miftahul sambil mempersilahkan kedua temannya untuk duduk. “Mbak es teh dua, sama kwetiau gorengnya juga dua ya mbak” Kata Klara sambil melambaikan tangannya pada seorang pelayan yang sedang membersihkan meja pelanggan yang sudah kosong dan pelayan tersebut menganggukan kepalanya sambil tersenyum mengisyaratkan iya. “Ngomong-ngomong, kalian abis darimana?” tanya Miftahul. “Ohh ini kita berdua abis meeting” jawab klara. “Habis meeting? Setau gua kalian berdua kantornya bukan di daerah sini deh "Ucap tahul sambil terheran-heran. “Iya kita habis meeting sama perusahaan di dekat sini hul” ucap klara. “Kalau lu sendiri abis darimana hul?” tanya klara. “Oh ini gua abis ngelamar kerja di beberapa perusahaan tapi belum ada yang nerima” jawab Miftahul dengan wajah pasrah. “Ohh gitu ya, setau gua di perusahaan tempat kita kerja lagi ada lowongan di bagian keuangan, coba deh lu ngelamar kerja disana, siapa tau lu keterima” ucap Indah. “Wah serius nih ndah? Alhamdulillah” ucap tahul dengan wajah senang. “Serius lah hul masa gua bercanda, haha” jawab indah sambil tertawa kecil. “Yaudah kalo gitu abis makan kita langsung ke kantor aja” ucap Klara. “Oke” kata tahul. Tidak lama kemudian, makanan dan minuman yang mereka pesan datang, mereka pun menyantap makanan dan minuman sambil mengobrol. Setelah selesai makan, mereka pun langsung menuju kantor perusahaan tempat Indah dan Klara bekerja.

Setibanya di sana, Indah dan Klara pun memperkenalkan Miftahul kebagian administratif keuangan. Disana Miftahul langsung diwawancarai dan pengumuman hasil wawancaranya akan diumumkan sepekan kemudian. Miftahul pun pulang kerumah dengan wajah penuh harap. Sesampainya di rumah, ia membagikan kabar bahagia kepada adik-adiknya. Miftahul adalah anak sulung dari lima bersaudara, dan semenjak ibunya memutuskan untuk bekerja di Malaysia sebagaii TKW (Tenaga Kerja Wanita) Miftahul lah yang selalu diandalkan oleh Ibunya untuk mengurus keempat adiknya, karena sejak umur 6 tahun, ibu dan ayahnya bercerai lalu ayahnya menikah lagi dan pergi meninggalkan tanggung jawabnya sebagai seorang ayah. Adik pertamanya masih duduk dibangku SMA kelas pertama, lalu adik kedua, ketiga dan keempatnya masih duduk dibangku SD.

Setelah melawati satu hari yang terasa begitu panjang untuknya, Miftahul merebahkan dirinya di kasur empuk miliknya, ia memainkan ponselnya sambil terus tersenyum rekah. Kemudian, Miftahul menekan nomor ibunya di ponsel miliknya.

“Halo Assalamualaikum” terdengar suara Ibunya dari seberang sana. “Waalaikumsallam bu, gimana kabar ibu?” tanya Miftahul tanpa menghilangkan senyum di bibirnya. “Alhamdulilah baik nak, kamu gimana kabarnya? Sehat? Ada masalah dirumah?” kata ibunya “Alhamdulilah Tahul sehat bu, gak ada masalah kok bu, aku cuma pengen ngabarin ke Ibu kalau aku udah ngelamar kerja di satu perusahaan, udah wawancara juga bu tinggal nunggu hasilnya aja, Tahul minta doanya ya bu semoga Tahul bisa diterima di perusahaan ini supaya ibu gaperlu lagi kerja disana” ucap tahul dengan nada penuh harap. “Alhamdulilah nak, ibu akan selalu doain kamu dari sini semoga kamu bisa keterima di perusahaan itu dan bisa menjadi orang sukses” kata Ibunya. “Amin bu” setelah Miftahul berbincang lama dengan Ibunya, ia pun menutup telepon tersebut dan bersiap-siap untuk melaksanakan shalat isya.

Satu minggu telah berlalu, hari ini adalah hari yang telah ditunggu-tunggu oleh Miftahul karena hasil wawancaranya akan keluar hari ini. Ponselnya berbunyi memunculkan sebuah notifikasi e-mail dari perusahaan yang ia lamar minggu lalu, Miftahul langsung mengambill ponselnya dan membaca pesan tersebut dan hasilnya ternyata ia diterima untuk bekerja di perusahaan tersebut dan ia akan mulai bekerja besok, lalu Miftahul pun langsung bersujud syukur pada Allah SWT. Tidak lama kemudian, ponselnya kembali berbunyi memperlihatkan panggilan video masuk dari Indah, Miftahul menerima panggilan tersebut dan ternyata Indah tak hanya sendiri, tetapi Klara juga bersamanya.

“Eh gimana hasilnya? Bukannya hari ini pengumumannya?” tanya Indah. “Alhamdulilah gua keterima ndah, klar” jawab Miftahul dengan penuh semangat. “Wah Alhamdulilah dong emang rezeki lu tuh” kata Klara. “Iya, ini semua juga berkat kalian, makasih ya” lanjut Miftahul. “sip sama-sama” ucap Indah dan Klara bersamaan. Keesokan harinya Miftahul pun berangkat ke perusahaan barunya untuk bekerja sesuai info di e-mailnya kemarin. 

Miftahul adalah seorang pekerja keras, ia juga selalu bertanggung jawab terhadap pekerjaannya sehingga hasil pekerjaannya selalu bagus dan memuaskan. Awalnya semua berjalan dengan baik, hingga sampai akhirnya di awal bulan Maret terjadi sebuah bencana yang melanda seluruh dunia yaitu munculnya wabah penyakit berupa virus yang berasal dari sebuah perdagangan hewan bebas di kota Wuhan, Cina yang akhirnya menyebar ke setiap negara di dunia termasuk Indonesia. Virus tersebut dinamakan Virus COVID-19.

Dengan adanya pandemi virus COVID-19 beberapa perusahaan di Indonesia mengalami kerugian sehingga mereka harus mengurangi jumlah karyawan mereka untuk menstabilkan keuangan perusahaan, tak terkecuali perusahaan tempat Miftahul bekerja. Di kantin perusahaan, Miftahul, Indah, Klara dan Dani berbincang mengenai permasalahan yang sedang terjadi. Saat itu suasana kantin sedang sepi karena beberapa karyawan ada yang bekerja dari rumah.

“Gue agak takut ni, beberapa perusahaan tempat temen gue kerja udah banyak yang di PHK karyawannya, gue rasa perusahaan ini juga bakal segera ngelakuin hal yang sama, kalo gue di PHK anak istri gue makan apa nanti? Cari kerja di kondisi kaya gini pasti susah, perusahaan-perusahaan aja banyak yang ngurangin pegawainya, gimana mau nerima pegawai baru?” keluh Dani sambil menghela nafasnya. “Iya nih gue juga takut, apalagi gue kan karyawan baru disini” kata Miftahul dengan wajah cemas. “Udah tenang aja, perusahaan juga tau kok mana yang berkualitas dan mana yang enggak, berdoa aja yang terbaik semoga kita ga di PHK” kata Klara sambil berusaha menenangkan teman-temannya. “Hmm setuju gue, yang penting kita terus tunjukin kalo kerja kita bagus, pasti perusahaan juga mikir-mikir kalau mau pecat kita” sambung Indah yang sependapat dengan Klara. “Bener juga sih kita harus tetep positif thinking” saut Dani. 

Mereka terus berbincang-bincang sampai suatu ketika Atika datang mengampiri mereka dan langsung bergabung dengan mereka. “Eh eh eh kalian tau ga? Si Mae bagian administrasi keuangan, yang satu bagian sama lu hul” kata Atika tiba-tiba dengan wajah seriusnya. Miftahul hanya menganggukkan kepalanya. “Kenapa emangnya?” tanya Klara penasaran. “Tapi kalian janji dulu nih jangan kasih tau siapa-siapa ya, bisa berabe gue” kata Atika mencoba untuk membuat kesepakatan. “Iya tenang aja, udah buruan jangan bikin kita penasaran” ucap Dani. “Kalian tau kan selama ini si Mae itu kerjanya asal-asalan bahkan gabagus sama sekali, tapi kalian penasaran gak sih ko dia bisa tetep kerja di perusahaan ini?” kata Atika yang memberhentikan ucapannya, ia kemudian mendekatkan wajahnya kehadapan mereka dan mengecilkan volume suaranya “Ternyata ya guys si Mae itu keponakannya Pak Rifki direktur perusahaan kita” lanjut Atika dengan pupil yang membesar. “Serius lo? Wah gak adil nih, ini namanya nepotisme” ucap Dani dengan nada tinggi “ssssttt jangan berisik” ucap atika dengan suara yang mengecil sambil berdesis. “Bener ga tuh nanti jadi fitnah lo” kata Indah sambil melipat tangannya di dada. “Ih beneran lah orang gue denger dari sekertarisnya Pak Rifki sendiri, katanya si mae tuh ponakan kesayangannya dia” kata Atika meyakinkan. “Wah ganyangka gue, gue kira yang kaya gitu cuma ada di sinetron-sinetron” Celoteh Klara. Mereka pun terus berbincang mengenai hal tersebut, hingga tak terasa waktu istirahat telah usai, mereka pun kembali ke tempat kerjanya masing-masing.

Saat Miftahul baru saja ingin duduk di kursinya, tiba tiba ia mendengar suara seseorang yang cukup keras. Ia pun pergi untuk mencari dimana sumber suara tersebut berasal, saat diselidiki ternyata pemilik suara tersebut adalah Pak Yanto yang merupakan atasannya, ia melihat Pak Yanto sedang memarahi Mae di meja kerjanya Mae.  “Ada apa nih?” bisik Miftahul pada salah satu karyawan yang ada disana. “Biasa, palingan juga kerjanya salah-salahan lagi, heran.... kenapa orang kaya gitu masih ada disini ya, kalo gua bosnya sih udah gua pecat” jawab karyawan tersebut dengan senyuman miring. Tiba tiba Miftahul teringat perkataan Atika tadi siang di kantin, bahwa alasan Mae masih bertahan disini ialah karena dia merupakan keponakan direktur perusahaan, namun ia mencoba untuk tetap berpikiran positif karna ia takut itu hanyalah fitnah. Miftahul pun hanya mengangguk kecil terhadap perkataan karyawan tersebut, ia lalu kembali ke meja kerjanya untuk bekerja kembali.

Tidak terasa jam sudah menunjukkan pukul 17:00 sore, waktunya bagi pekerja yang tidak mempunyai jadwal lembur di perusahaan itu diizinkan untuk pulang, seperti biasanya Miftahul selalu berjalan bersama dengan Indah, Klara dan Dani menuju ke parkiran perusahaan, di tengah-tengah perjalanan menuju ke parkiran mereka mulai berbincang. “Eh gays kalian tau kan tempat kerja gue deket banget sama ruangan pak direktur?” ucap Dani memulai perbincangan “Iya, terus kenapa?” tanya Indah sambil memainkan ponselnya. “Tadi gue liat si Mae masuk ruangan direktur sambil nangis-nangis gitu” lanjut Dani dengan wajah seriusnya. “Mungkin keluarganya ada yang kena musibah kali, kan katanya dia keponakan pak direktur berarti satu keluarga dong” kata Klara. “Tapi gue rasa bukan itu deh alesannya, coba kita liat besok kalo ternyata ada peristiwa mengejutkan itu berarti jawaban dari kisah ini” ucap Dani lagi, kali ini dengan anggukan kepalanya. “lebay!” celetuk Indah. “Udahlah lagian juga itu bukan urusan kita, ngapain juga” Kata Miftahul yang sedari tadi diam saja mendengarkan cerita Dani. “Hmm bener, lagian lu repot amat sih” cetus Klara kepada Dani “Eh tentu ada urusannya dong, coba lu bayangin kalo misalkan ni si ma—“ belum selesai berbicara, Miftahul dengan cepat menutup mulut Dani dengan tangannya. “mmmpphhh” Dani mencoba melepaskan tangan Miftahul yang berada di mulutnya dengan memukul tangan Miftahul, tiba tiba Pak Rifki selaku direktur perusahaan lewat didepan mereka sambil menjinjing tas kerjanya. “Selamat sore pak” ucap Indah dengan sopan diikuti Klara dan Miftahul yang lalu melepas dekepan tangannya di mulut Dani. “Sore” jawab Pak Rifki singkat yang lalu menatap mereka satu persatu dan malanjutkan perjalanannya meninggalkan mereka. “Untung aja” kata Klara sambil menggelengkan kepalanya seraya mengelus dadanya, ia lalu menatap tajam ke arah Dani. “Heh mulut lu tu ya, hampir aja, kalo kaga didekep si tahul udah abis karir kita disini” ucapnya. “Hehe maaf kata Dani cengengesan. Mereka pun kembali berjalan menuju parkiran.

Keesokan harinya, Miftahul dan kawan-kawannya kembali untuk bekerja, ketika Miftahul memasuki kantornya, ia melihat orang-orang sedang berkumpul disetiap sudut sambil berbisik-bisik, ia pun menghampiri salah satu perkumpulan tersebut. “dorrrr!” teriak Miftahul yang membuat semua orang disana langsung menoleh ke arahnya kaget. “Isss” kata Mira yang merupakan salah satu karyawan disana, ia memukul pundak Miftahul. “Hehe ada apaansih pagi pagi udah ngumpul aja, pemilihan ketua RT?” goda Miftahul. “Apaansi garing” Kata Nurma yang juga merupakan karyawan disana. “Ada apaansi emangnya?” tanya Miftahul penasaran. “Pak Yanto” Sambung Robi yang merupakan partner kerjanya, karena meja kerjanya tepat bersebelahan dengan Miftahul. “Kenapa Pak Yanto?” tanya Miftahul lagi. “Dipecat” lanjut Robi kali ini dengan nada yang lebih pelan. Miftahul membelalakan matanya, ia terkejut dengan ucapan Robi. “Serius?” tanya Miftahul memastikan. “Iya, kaget kan lu, makanya kita semua disini juga kaget, padahal Pak Yanto itu jarang banget buat kesalahan, dia kan teliti abis orangnya lagian juga kalo ada kesalahan dia pasti langsung gercep gitu. Tapi kok bisa ya? “ kata Mira dengan menopang dagunya dengan telunjuk dan ibu jarinya. Miftahul mulai yakin dengan perkataan Atika, apalagi kejadian ini jika diurutkan dengan jelas lumayan masuk akal dengan kejadian Mae kemarin yang ditegur Pak Yanto. 

Saat waktu istirahat di kantin Miftahul dengan kawan-kawannya membahas kejadian ini, Miftahul juga bercerita kalau kemarin ia melihat Mae ditegur oleh Pak Yanto. ”jadi kesimpulannya… si Mae ditegur Pak Yanto terus Mae ngadu ke Pak Rifki sambil nangis-nangis masuk keruangannya? Terussss Pak Yanto dipecat. Fiks ini emang ulah mereka” kata Dani sambil menghentakan tangannya di meja. “Tapi belum tentu juga, bisa aja Pak Yanto dipecat karna kesalahan Mae kemaren? Kesalahan di bidang administrasi kan fatal” ucap Indah yang masih berusaha berpikiran jernih “Tapi seandainya begitu… Seharusnya Mae juga dipecat kan? Dan setau gue dari temen temen gue disana, Pak Yanto itu orang yang teliti dan bertanggung jawab banget, dia pasti memperbaiki kesalahan itu dong, bener ga?” kata Klara dengan menyenggol sikut Miftahul. “Iya, Pak Yanto itu orang yang giat banget, kesalahan kecil aja dia perhatiin apalagi kesalahan yang lumayan besar” ucap tahul mengiyakan. Ditengah-tengah kebingungan mereka, tiba tiba Atika datang ke arah mereka dengan terpogoh-pogoh. “Nah mending tanya dia aja, heh tanggung jawab sekarang kita malah penasaran sama cerita lo” kata Dani saat Atika baru saja sampai didepan mereka. Atika menarik nafasnya tidak teratur, ia juga mulai menggerakan mulutnya untuk berbicara sesuatu “Daripada ituhhh..hhh...hhh ini berita lebih penting” kata Atika yang masih mencoba mengatur nafasnya. “Minum dulu minum, pelan pelan” ucap Indah sambil menyodorkan minumannya ke Atika “Thanks” Atika menerima minuman itu. Mereka berempat menunggu Atika meminum minumannya sambil terus menatap Atika, mereka penasaran dengan berita yang dibawa Atika. Atika adalah orang yang sangat update terkait masalah perusahaan, pasalnya teman teman Atika merupakan orang-orang penting disini.

“Mulai lusa bakal ada pembersihan karyawan” lanjut Atika sambil mengembalikan minuman milik Indah. “Serius? Astaghfirullah gue belum siap” ucap Dani putus harapan. “Hemm gue denger dari temen gue yang sekertarisnya—“ .”iya iya gausah disebut dia sekertarisnya siapa, yang jelas mulai sekarang kita harus lebih lebih lebih giat lagi biar kita gak kena PHK” potong Klara. Miftahul yang mendengar berita tersebut mulai merasa cemas, pasalnya ia belum lama kerja diperusahaan ini. 

Hari itu Miftahul pulang kerumah dengan lesu, ia khawatir akan nasibnya apabila ia masuk ke dalam daftar karyawan yang akan di PHK di perusahaan itu, ia selalu berjanji kepada ibunya bahwa ia akan membawa ibunya kembali ke sini agar ibunya tidak usah repot-repot kerja di negara lain. Disatu sisi Miftahul tidak bisa apa-apa selain menunjukan hasil pekerjaannya dan berdoa kepada yang maha kuasa.

Miftahul menjatuhkan dirinya dikasur dan menatap layar ponselnya, ia melihat wallpaper ponselnya yang merupakan foto ia dan ibunya bersama dengan adik-adiknya. Melihat itu ia langsung bertekad bahwa apapun hasilnya nanti ia akan terus berusaha untuk membahagiakan Ibu beserta adik-adiknya karena ia adalah anak lelaki satu-satunya di keluarganya.

Miftahul bangun tidur lebih awal hari ini, sekarang pukul 05:00 dini hari, Miftahul baru saja selesai solat subuh dan berdoa agar diberikan yang terbaik oleh Allah SWT, Miftahul benar-benar pasrah jika hari ini nama nya masuk ke dalam daftar karyawan yang akan di PHK, otomatis hati ini akan menjadi hari terakhir nya bekerja di perusahaan Rifky. 

"Kalo hari ini gua beneran kena PHK, gua harus nyari kerja kemana lagi," kata Miftahul di tengah-tengah menyantap sarapannya, "Hmmmmm yakin! Allah pasti kasih gua jalan yang terbaik." Miftahul menguatkan hatinya lalu kembali menyantap makanan yang ada di hadapannya sampai habis, setelah makanannya habis Miftahul segera berangkat menuju ke tempat ia bekerja.

 Saat ini Miftahul sudah ada di depan gedung tempat ia bekerja, Miftahul tidak langsung masuk melainkan menatap gedung di hadapannya ini dengan sendu. "Hhhhhhhhhhh" Miftahul menghela nafas nya dan mulai melangkah masuk, baru saja sampai di lobi, Miftahul sudah di panggil Atika. 

"Tahul" Kata Atika. "Eh lu juga Dateng pagi?" kata Miftahul yang merasa tidak biasa. "Ini" Atika menyodorkan amplop putih yang sedikit lebih panjang ke hadapan Miftahul. "Ini apa?" tanya Miftahul pura-pura tidak mengerti. Padahal dirinya sendiri sudah tau apa isi surat itu. "Lu juga tau isinya apa" kata Atika. Setelah melihat isi amplop tersebut ternyata benar saja bahwa Miftahul terkena PHK. Karena terkena PHK maka gaji terakhir diberikan kepada Miftahul. Lalu Miftahul berjalan keluar gedung dan diluar ia bertemu dengan Atika yang kebetulan juga akan pulang. "Gua udah tau kalo gua bakalan kena PHK firasat gua udah ga enak banget dari awal." kata Miftahul lalu mendapat anggukan dari Atika. "Abis ini lu mau kemana?" tanya Atika sambil duduk di kursi halte. "Sepertinya gua mau buka usaha kecil-kecilan, yaaaa semoga aja bisa memenuhi kebutuhan gua dan keluarga" jawab Miftahul jelas. "Lu sendiri?" sambung Miftahul. "Kalo gua kayak nya mau balik aja deh ke kampung, buka usaha di kampung." jawab Atika sambil tersenyum. "Sukses ya Hul, gua duluan." kata Atika lalu berjalan menaiki bus. 

Sesampainya di rumah Miftahul langsung duduk di kursi depan rumahnya sambil merenungi apa yang akan dia lakukan kedepannya setelah di PHK dari perusahaan. "Ya Allah hamba harus apa? Hamba bingung harus bagaimana lagi, berikan petunjuk-Mu ya Allah" ucap tahul sembari berdoa kepada Allah. Kemudian, Miftahul terhening sejenak. "Apa aku membuka usaha saja ya.  Aku kan punya uang dari gaji terakhir ku di perusahaan, dan kalau dilihat-lihat aku rasa ini cukup untuk modal awal" ucap Miftahul. Kemudian, ia berpikir lagi apa usaha yang akan dikerjakannya. Ia terbingung sejenak. "Ahh daripada aku bingung kaya gini mending aku bikin kopi duku deh biar fresh otakku" ucap tahul. Kemudian, Miftahul beranjak dari kursi dan langsung pergi mengarah ke dalam rumah ke arah dapur untuk membuat secangkir kopi. Miftahul memang orang yang sangat menyukai kopi, karena menurutnya kopi dapat menjernihkan pikiran dan aromanya sangat menenangkan. Sesampainya di dapur Miftahul langsung membuat secangkir kopi untuknya, dua sendok kopi dan satu sendok gula karena Miftahul tidak terlalu suka kopi yang manis jadi ia lebih menaruh banyak kopi daripada gula ke dalam cangkir. Setelah kopinya selesai dibuat ia pergi lagi ke depan teras rumahnya sambil membawa kopi, kemudian ia duduk di kursi depan teras rumahnya. Miftahul menyeruput kopi buatannya. Kopi buatannya memang enak, bahkan jika ada tamu yang datang kerumahnya Miftahul lah yang membuatkannya kopi dan pasti tamu tersebut memberi pujian pada kopi buatannya. Sambil menikmati kopinya Miftahul tiba-tiba mendapatkan ide untuk usaha nya. " Aha! Bagaimana jika aku membuat coffee shop aja!" ucap tahul dengan nada sedikit tinggi. "Kopi buatanku kan enak. Tapi apa cukup ya uang segini untuk membuat coffee shop" ucap tahul. Gaji tahul memang tidak seberapa, gaji terakhir Miftahul hanya dapat Rp. 6.000.000,00, sedangkan untuk membuat sebuah coffee shop pasti membutuhkan modal yang banyak untuk menyewa ruko, membeli peralatannya dan untuk membeli bahan-bahannya. "Hmmm kalau uang segini sih belum cukup untuk mebuat coffee shop. Kalau gitu aku akan membuka usaha dari yang terkecil dulu, aku akan membuat stand kecil-kecilan di pinggir jalan dekat rumah pasti uangnya cukup. Aku juga akan berjualan online supaya pelanggan aku makin banyak." ucap tahul dengan bersemangat.

Keesokan harinya Miftahul langsung belanja ke supermarket terdekat untuk membeli beberapa bahan dan peralatan yang dibutuhkan untuk membuka usaha kopinya. Sesampainya di supermarket Miftahul langsung berbelanja. Setelah dirasa semuanya sudah lengkap Miftahul pergi ke kasir untuk membayar belanjaannya. Setelah ditotalkan semuanya ternyata uangnya masih ada sisa. "Alhamdulillah" ucap tahul dalam hatinya. Setelah mengemasi semua belanjaannya Miftahul pun langsung pergi keluar arah supermarket untuk pulang ke rumah. Saat ia membuka pintu supermarket ia agak terkejut melihat Indah yang baru saja hendak membuka pintu tersebut. Mereka pun sama-sama terdiam sejenak. “Tahul” Kata indah yang masih agak terkejut, “Indah” ucap tahul sambil menggaruk tengkuk lehernya yang tak gatal. 

Mereka pun duduk sejenak di kursi depan supermarket sambil berbincang-bincang. “Sorry ya hul, kita belum sempet nemuin lo soalnya gua sama Klara aja baru tau ternyata lu kena PHK juga, padahal pekerjaan ini lu butuhin banget, sorry ya” ucap Indah memelas. “Yaelah tenang aja ndah, lagian ini juga bukan salah kalian, ngapain minta maaf, sekarang gua sadar potensi atau kemampuan yang kita punya tetep aja bakal kalah sama koneksi, iya kan? Soalnya gua denger si Mae ga di PHK padahal ah udalah” kata Miftahul pasrah sekaligus mencoba untuk menenangkan Indah. “Gak kok hul sebenernya koneksi itu ga mempengaruhi sistem kerja kita, itu tergantung orangnya aja, dia mampu ga megang tanggung jawab dan bersikap bijaksana, ternyata ga semua bos yang ada di dunia ini bisa bener-bener disebut pemimpin” kata Indah. “Iya juga, emang sebaik-baiknya atau seadil-adilnya pemimpin di dunia ini cuma Allah sang maha raja yang maha adil” sambung Miftahul sambil tersenyum. “Intinya gua, Klara, Dani dan semua temen temen yang lain bakal terus support lu apapun yang lu lakuin dan yang terpenting halal hahaha” Kata Indah sambil tertawa “Bisa aja” jawab Miftahul. Setelah perbincangan yang singkat itu, mereka pun kembali ke tujuan mereka masing-masing.

Miftahul masih terus mempersiapkan usahanya, dimulai dari menyiapkan stand kecil-kecilan, memasukkan daftar minumannya ke dalam daftar gofood, grabfood, dsb. Ia juga terus menambah skill membuat kopinya dengan melihat video di youtube atau situs internet lainnya. Ia menghabiskan kira kira setengah bulan penuh untuk mempersiapkan itu semua hingga kini ia sudah mulai bisa membuka tokonya. 

Memang awalnya usaha yang dibuka Miftahul tidak langsung ramai, bahkan pernah satu hari ia tidak mempunyai pelanggan sama sekali, namun dengan tekadnya Miftahul mampu melewati itu semua, bagi ia kegagalan adalah bumbu dari kesuksesan, selain itu ia juga sering sekali dibantu oleh adik-adiknya untuk menjalankan usahanya itu. Berkat semua tekad dan kerja kerasnya serta tidak lupa doa yang selalu ia panjatkan, kini Miftahul dapat membuka usahanya di berbagai tempat, ia juga mulai memakai brand untuk produk usahanya, memang usaha tidak pernah mengkhianati hasil, kini ibunya bahkan sudah tidak lagi bekerja di Malaysia sebagai TKW, ibunya sudah menjadi ibu dari pemilik usaha kopi terbesar di Tangerang.

Di satu sisi, perusahaan pak Rifki yang dulu terancam bangkrut karena imbas dari wabah COVID-19 kini benar-benar tidak bisa dibangun lagi alias bangkrut. Perusahaannya kebangkrutan, hutang perusahaan diimana-mana sehingga pak Rifki harus menebusnya dengan menggadaikan rumahnya yang mewah karena pak Rifki sudah benar-benasr tidak memiliki apa-apa lagi untuk menebus hutang perusahaan selain rumah mewah yang ditinggalinya. Semua karyawan di perusahaan pa Rifki resign karena tidak digaji oleh pak Rifki, karena perusahaan tidak mempunyai cukup uang untuk membayar karyawan, ditambah lagi fakta mencengangkan bahwa Mae keponakan pak Rifki sendiri ternyata melakukan korupsi di perusahaan, yang juga menjadi salah satu penyebab bangkrutnya perusahaan pak Rifki. Kini pak Rifki jatuh miskin dan ia sekarang seorang pengangguran. 

Pak Rifki kini sedang berusaha untuk mencari pekerjaan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya dan keluarganya. Sambil berjalan pak Rifki menyesali semua perbuatan tidak adilnya dulu selama menjadi bos. "Kenapa Mae keponakan ku sendiri bisa melakukan hal tidak terpuji seperti itu, padahal dia selalu kuberikan apapun yang dia mau, karena dia satu-satunya keponakanku, dia kuberi pekerjaan walaupun sebenarnya dia bekerja asal-asalan di perusahaanku dulu, dia selalu aku manjakan! Tapi apa yang kudapat? Dia malah mengkhianatiku, pamannya sendiri!" ucap pak Rifki dengan penuh kesal dan marah. "Seharusnya dulu aku mempertahankan pegawai-pegawai ku yang rajin dan jujur bukan malah mempertahankan orang yang kupertahankan karena dia satu darah denganku. Kalau saja aku berlaku adil pasti perusahaanku tidak akan bangkrut. Aku sangat menyesal telah berlaku tidak adil sebagai seorang pemimpin." ucap Pak rifki dengan penuh rasa penyesalan. Kemudian, tak sengaja pak Rifki menemui Miftahul di pinggir jalan dekat sebuah coffe shop, lalu pak Rifki memanggil Miftahul. "Miftahul" ucap pak Rifki sembari melambaikan tangannya ke arah Miftahul. Miftahul pun menengok ke arah pak Rifki. "Itukan pak Rifki" ucap miftahul dalam hatinya. Pak Rifki pun menghampiri Miftahul. "Miftahul, wah kamu apa kabar? Sehat?" tanya pak Rifki. "Alhamdulillah pak baik, bapakb sendiri gimana kabarnya? Sehat?" jawab Miftahul sembari bertanya balik. "Alhamdulillah sehat". Miftahul pun mempersilahkan pak Rifki untuk masuk ke dalam coffee shop miliknya. "Ayo pak masuk dulu, kita ngobrol-ngobrol sebentar" ucap Miftahul sambil mempersilahkan pak Rifki masuk ke dalam. "oh iya terimakasih ya" ucap pak Rifki. Sesampainya didalam coffee shop mereka berdua pun duduk. Kemudian Miftahul memesankan dua kopi untuknya dan untuk pak Rifki. "Kamu sepertinya sekarang sudah sukses ya hul sudah punya usaha sendiri" ucap pak Rifki. "Iya pak Alhamdulillah sekarang saya sudah punya usaha coffee shop sendiri" ucap Miftahul. "Bapak sendiri gimana? Perusahaan bapak gimana sekarang? Baik-baik saja kan pak?" tanya Miftahul. "Perusahaan bapak sekarang sudah bangkrut dan sekarang bapak pengangguran. Ini saja bapak sedang berusaha untuk mencari pekerjaan tapi sbelum dapet-dapet juga" jawab pak Rifki dengan nada bicara yan sedih. "Maaf ya pak saya jadi gaenak nanya kaya gini ke bapak" ucap Miftahul meminta maaf kepada pak Rifki. "Iya ga papa kok bapak juga tidak tersinggung. Seharusnya saya yang minta maaf karena sudah mem PHK kamu dari perusahaan padahal kerja kamu bagus dan kamu anak yang rajin, ini karena bapak sudah berperilaku tidak adil kepada pegawai-pegawai bapak dulu" ucap pak Rifki. "Iya pak ga papa yang berlalu biarlah berlalu, saya juga sudah ikhlas kok pak dengan semuanya. Mungkin ini memang sudah jalan takdir saya di PHK dari perusahaan, tapi Allah menggantinya dengan rezeki yang lebih luas sehingga saya bisa membuka usaha sendiri" ucap Miftahul. Tak lama kemudian kopi yang dipesan pun datang. Sambil menikmati kopi mereka berdua terus mengobrol. "Pak gimana kalau bapak kerja ditempat saya aja, kebetulan coffee shop saya sudah ada beberapa cabang dan niatnya saya akan membuka cabang baru lagi dan saya butuh seseorang untuk menjadi manajer di coffee shop saya yang baru. Apa bapak mau?" ucap Miftahul. "Wah ini serius? tentu saja bapak mau hul" ucap pak Rifki dengan wajah gembira. "iya pak kalau gitu nanti kita bisa bekerjasama untuk membangun usaha ini ya pak" ucap Miftahul. "Terimakasih banyak ya, kamu tetap baik walaupun saya dulu pernah berlaku tidal adil kepada kamu" ucap pak Rifki. "iya pak sama-sama, mulai sekarang kita bangun usaha ini bersama ya pak" ucap Miftahul. "iya pasti" saut pak Rifki. 

Kemudian Miftahul dan pak Rifki pun bekerjasama dalam membangun usahanya. Usaha Miftahul kian hari kian maju dan sukses, ini semua berkat ridho Allah, doa dan usahanya yang tiada henti. Walaupun ia sudah sukses dan menjadi pemimpin ia tidak pernah bersikap sombong dan tidak adil kepada setiap pegawainya. Ia selalu menanamkan sifat bertanggung jawab sebagai seorang muslim dan seorang pemimpin.

(Indah Rosalina, Klara Apriyani, Maesaroh, M. Rifki Awaluddin*, Miftahul Huda*)


Related

newsticker 723395107044579313

Posting Komentar

emo-but-icon

Yuk Kepoin !

Blogger news

Trending

item